30
Jan
09

5cm, Dari Novel ke Film JRENG JHENG!

DARI NOVEL KE FILM, JHRENG JHENG!

Oleh : Donny Dhirgantoro

 

 

Waktu pertama kali bilang ke Genta, Arial, Zafran, Riani dan Ian kalo  “5 cm” mau dibikin filmnya mereka pada teriak : HOREEE!!!…

 

Tapi abis itu mereka pada diem…

 

Banyak orang yang udah baca novel trus liat filmnya pada kecewa, karena tidak sebanding dengan yang apa mereka harapkan. Jadi gimana? Apa sebuah novel itu susah kalo mau  diangkat ke fillm? Apa ada novel yang sebagus filmnya atau sebaliknya bagusan filmnya daripada novelnya.

 

Gue sendiri waktu nonton Harry Potter sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan bayangan yang ada di benak gue. Aduh kok Hogwarts nya begitu ya, dumbledornya Harry Potternya, Quiditchnya, jadi enakan baca novelnya. Tapi ada juga temen yang udah baca  novelnya bilang filmnya lebih bagus.

 

Trus ada juga  lho dari film terus dijadiin novel (novelization) filmnya Peter Weir (director),   “DEAD POET SOCIETY”  skenarionya (Tom Schulman) malahan  dapet Oscar.Filmnya dapet nominasi untuk Best Picture & Best Actor in a Leading role (Robin Williams). Novelnya ditulis oleh Nancy H Kleinbaum berdasarkan movie scriptnya.Nah lho?!

 

Jadi gimana? Bagusan novel apa Film..yuk mari.. JHRENG JHENG!

 

KALO NOVEL?

 

Iya gak sih kalo kita lagi baca novel, enak  nikmatinnya di sore yang indah atau lagi mau tidur atau lagi sendirian. Kalo saya sih senengnya pagi pagi sambil sarapan ( sape yang nanya don?). Mungkin teman teman  yang lain punya waktu favorit masing masing untuk nikmatin novel.

 

Trus kalo baca novel itu masing masing kita pasti punya bayangan sendiri tentang tokoh utamanya, tempat bernama Middle Earth, Shire , Frodo, Minas tirith, Gondor, Elf  dan lainnya.  Dan  saat kita membaca novel hampir semua panca indera kita bekerja secara simultan tetapi jauh dialam bawah sadar kita. Sehingga kerja otak kita akan menjadi lebih baik. Karena zat zat itu terus berlari larian “mengasah” otak neuron neuron kita pun nyetrum kesana kemari. Jadi kalo kata orang dulu bilang bener, baca itu bikin kita pinter. (orang dulu itu siapa ya?)

 

Dengan kata lain novel itu bersifat sangat pribadi semuanya mengalir secara pribadi. Imajinasinya pribadi, rasanya pribadi, begitu subjektifnya kita sehingga kalo novel itu bagus banget semua panca indera kita merasakan hal yang sama. Makanya pengen baca lagi baca lagi baca lagi nggak bosen bosen.

 

 

 

KALO FILM?

 

Film sifatnya lebih menghibur. Kebanyakan orang nonton film di bioskop supaya bisa terhibur, nonton dengan teman pacar saudara keluarga. Tertawa bersama, sedih bersama, keren deh pokoknya. Jadi film itu basicnya dibuat untuk konsumsi bersama bukan pribadi. Dalam konteks ini panca indera kita bekerja secara langsung mendengar melihat dan merasakan sekaligus berbagi dengan yang kita ajak nonton. Alam bawah sadar kita  tidak bekerja terlalu banyak.

 

Terjadi interaksi dari sifat dasar manusia yang ingin berbagi,  makanya banyak orang yang abis nonton merasakan sesuatu yang fun! Asik dalam diri mereka. Makan kalo cowokngajak nonton pertama kali cewek gebetannya pasti nyari film komedi, biar ketawa bareng bareng. (licik kan?) Makanya Cowok yang lagi haus belaian ngajak ceweknya nonton film horor atau film romantis  biar dipeluk peluk.  Makanya  kalo pacaran banyak yang nonton karena secara tidak sengaja dan disengaja mereka mulai berbagi..( Cieee) . Berbagi Pop corn maksudnya…

 

Buat sebagian orang juga film kadang bersifat personal ada yang seneng nonton film sendirian – bukan di bioskop. (seperti saya ). Kadang dalam kesendirian itu kita bisa merasakan refleksi dan pencerahan yang mendalam dan ikut terhanyut di dalamnya. Waktu nonton The Godfather berkali kali saya seperti menjadi bagian emosional value dari keluarga Corleone… ( I’ll make him an offer he can refuse..! Bang bang!) .  Begonya saya, saya bisa   marah marah sendiri kalo ada temen yang bilang The Godfather biasa aja… Darah sicilian saya langsung keluar dan BANG ! BANG!  BRUG!  saya tembak dia di jidat…“Leave the Gun take the Canoli…” ( why so serious? damn!)

 

Dalam konteks ini film menjadi sebuah irisan yang sama dengan novel bersifat pribadi. Individu seperti ini akhirnya menjadi subjektif ( sepert saya lagi) jadi suka bete sendiri kalo ada orang yang berpersepsi lain tentang film yang sama.   Suka marah marah sendiri kalo film yang di puja habis habisan ditonton dan dikomentari biasa biasa aja. Ya tapi nggak papa lah karena setiap orang kan punya persepsi yang beda, lo harus terima Don!

 

 

Dari Segi Penciptaan

 

KALO NOVEL?

 

Saya sebagai seorang penulis novel yang banyak diterima oleh masyarakat luas (halah!). Merasakan kalo novel emang sangat personal kita bisa menulis mau maunya kita. Kita bisa mendeskripisikan karakter semau maunya kita, bisa ngacak ngacak plot sampai kebingungan sendiri. Bisa buang buang halaman gak jelas biar disangka pinter sama yang baca. Terserah deh! pokoknya itulah keajaiban sebuah trance tulisan yang terjadi kadang nggak sadar kalo kita bisa nulis sebagus itu. Berapa halaman pun kita habisin bodo amat mau dibikin mahkluk mutan kayak gimana juga, nanti juga ada proses editingnya. Tulisan di novel selalu bersifat humanis karena  kadang keluar begitu aja melanngar segala rambu rambu. Dan biasanya hal yang kayak gitu menjadi tulisan yang keren dan yang  keren banget. Penulis novel biasanya nggak peduli sama aturan (yang peduli sama aturan pasti nggak jadi jadi tulisannya-hahaha). Jadi kebebasan sepenuhnya dalam mengapresiasikan kata perkata adalah hal  yang sakral dan kadang muncul tidak terduga…

 

Seperti kata Hemingway…

“Writing is an Adventure…it’s not about to  finish something…it’s about finding something.. .

( Menulis adalah sebuah petualangan, bukan tentang menyelesaikan sesuatu tetapi tentang menemukan sesuatu) JHRENG JHENG!

 

Jadi kadang dalam sebuah novel kita bisa merasakan ekskalasi hubungan yang Faboulus, Anynomous, Miscelaneous in somekind of way that …jiwa kita tumpah kedalamnya dan kita mau baca lagi… baca lagi.. dan baca lagi… tulisan yang keren adalah ketika si penulis menulisnya lagi trance dan yang bacanya juga ikutan trance… dan subjektivitas pun diangkat  menjadi raja bernama   Kebebasan. Tulisan di novel  adalah sebuah kebebasan.

 

KALO FILM

 

Nah ini dia dari segi penciptaan, Novel dan film bukan seperti langit dan bumi lagi tapi intibumi sama langit ketujuh ( Lo bikin hiperbola tapi jelek Don, sumpah! )  Dalam penciptaan sebuah film, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, diperdebatkan ,sampai harus berantem2 berdarah darah.

( film2  nggak jelas juntrungannya – faktor pengalinya adalah nol – diabaikan) .

 

Sebuah film adalah kerja tim dari banyak sekali faktor di belakangnya dan biasanya setiap faktor terintegrasi dengan sum yang berbeda ( saya lagi mencoba cerdas). Faktor faktor ini nantinya bersinggungan dan terjadi irisan yang akan membuat soul dari sebuah film keluar dari irisan masing masing dan membentuk jiwa film yang komplit.

 

Sebuah vektor vektor kecil dan rumit yang akhirnya menjadi bagian kecil yang memorable (HIP!) sesuatu yang nggak penting menjadi penting dan sesuatu yang penting diam disana menanti irisan itu datang kepadanya, jadi deh himpunan yang lengkap.  (nggak ngerti? sama!)

 

Film adalah sebuah kerja tim, ada produser, sutradara, penulis skenario, editor, sinematografi, kostum, sound, CGI ( computer generated Image – udah pada tahu don!) masih banyak lagi ngantri berharap disebutin liat aja di credit akhir film. Banyak bener,

 

 

Tapi dari yang saya baca dan cari cari…( Makanya saya berani nulisnya)

 

Kalo mau dipersempit lagi  sebenarnya ada tiga orang yang sangat penting dalam film yang dari tiga orang ini akan ketahuan filmnya akan jadi seperti apa. Ketiga orang inilah yang nantinya akan membawa irisan masing masing ke irisan besar yang komplit ketiga orang itu adalah Produser, sutradara, dan penulis ( yes!yes!yes! penulis men! penulis! JRENG JHENG!.

 

Sering disebut sebagai triangle system, bukan triangle vector tapi system karena mereka harus berpikir mereka  adalah bagian dari system. Kerja tim dalam film harus dalam sebuah system, kalo yang satu ngaco semuanya ngaco. Kalo nggak ngaco pasti ada leader yang kekuatannya super sehingga system system yang bekerja jelek itu tunduk padanya. Taoi ini gak bagus buat kelanjutan kerjanya, karena system gak kerja…

 

Ketiga orang inti itulah yang jadi jiwanya, makanya kalo di opening credit biasanya disebutin produsernya, penulis baru sutradara terakhir, mulai deh filmnya, Trus katanya biar adil waktu end credit urutannya dibalik. (katanya)

 

Karena lagi ngomongin bedanya novel sama film dan irisannya adalah di tulisan dan saya nggak punya kapasitas untuk membahas sutradara dan produser kita bahas dunia penulisan di film aja ya..

 

Kadang masyarakat  kurang menghargai  keberadaan seorang penulis skenario padahal dari mereka sebuah cerita berawal. Biasanya film akan mulai berjalan produksinya setelah skenarionya di lock.  Dari skenario itulah bisa dihitung budget, tempatnya dimana aja, porsi dialog, CGInya soundnya, editingnya, lokasi shootingnya berapa pemerannya, figurannya  Pokoknya skenario adalah kitab awal dari sebuah film.

 

Secara (alah secara) saya sedang belajar nulis skenario makanya saya baca baca melulu tentang penulisan skenario. Dari yang saya cari cari , baca bca dan ubek ubek, ternyata menulis skenario itu punya satu kata kunci yang jelas dan bold no itallic ! Kata itu adalah : DISIPLIN! ( Damn! you don’t have it Don!-  lagi belajar…).

 

Format skenario yang udah umum  biasanya adalah satu lembar sama dengan satu menit. Jadi kalo filmnya dua jam berarti 120 lembar. Lo bayangin aja pren! “5 cm” kan 380 halaman lebih! gua harus bikin jadi 120 lembar, paling banyak  135 lembar kata produsernya (geleng-geleng- itu kan masalah lo DON!)

 

Keren kan! DISIPLIN…!!! Nah disinilah ujian bagi penulis skenario yang harus menulis skenario dari buku/novel makanya dibilangnya adaptasi. Adaptasi, ini kata kuncinya JRENG JHENG!

 

Antara kebebebasan di novel dan Disiplin di skenario nggak akan  bisa ketemu makanya dua duanya harus beradaptasi. Keren juga ya analisa  gue…

 

Kira kira begini, (takut salah) Di  novel mah gue bisa ngabisin halaman ceritain Genta dan teman teman semau gue…Tambah tambahin dikit biar dikira pinter sama yang baca. Di skenario nggak bisa.  Beberapa puluh halaman di novel harus dijadikan cuma beberapa menit tapi tujuan yang dicapai harus sama makanya dituntut kreativitas super matrix untuk nerjemahinnya. Kalo nggak punya kreatifitas yah kayak di sinetron (bahkan ada lho di film)  kalau mau ditemuin.. ditabrakkin di slow mo in  buku ceweknya jatuh diambilin sama cowoknya, kenalan deh (cieeh) … Atau abis tabrakan  guling gulingan di rumput padahal  halaman rumputnya luas banget nggak mungkin tabrakan beneran deh! Ada tuh di film apa gitu ada 3 orang tokoh utamanya mau ditemuin, tiga tiga nya ditabrakin…( menghina kecerdasan banget sih!) . Gitu tuh  gara gara punya waktu selembar semenit males mikir yang lebih bagus. Males kreatif, ya udah tabrakin aja. (pyuk yaw)

 

Coba kita tengok (tengok? ) TITANIC. Waktu Jack liat Rose pertama kali, mereka  lberatatapan  memorable banget kan?  Jack di dek kelas ekonomi  lagi ngelukis dan Rose di deck kelas atas. Jack liat rose yang bgitu cantiknya ( oh.. Kate! Lob you dah! ) Dan fabrizio temennya Jack bilang “udah yang begituan bukan untuk kita nggak mungkin ” . DASH!   Belom belom udah utopis..

 

Dan saat mereka ketemu bukan ditabrakin ( walaupun akhirnya Titanic tabrakan sama gunung es –maksudnya Don? )  Saat mereka ketemu  ROSE mau bunuh diri. Kan keren banget dah tuh James Cameron … dan keluarlah Quote fanastis tis tis mereka “you jump I jump!” nih itu baru…super QUOTE! Dateng  dari  kreatifitas si penulis (pasti lagi trance).. bangga kan lo? Hebat!

 

Nyasar nyasar ke Titanic. Balik lagi ke skenario. Waktu baca baca buku buku tentang skenario (lupa namanya ribet bahasa inggris) ternyata setiap skenario itu ada yang namanya Three (3)  Act . Kalo diterjemahin ke bahasa indonesia adalah Drama tiga babak. Jadi skenario (film) itu yang ada dan masih sering dipake sampe sekarang ada tiga babaknya. ACT I adalah pengenalan karakter dan konflik , ACT II adalah konfilknya, naik turunnya berdarah darahnya survivingnya, sementara di ACT III adalah resolusi dan solusinya. Kalo sesuai dengan porsinya, contohnya durasi filmnya 120 menit berarti Act I 30 menit, ACT II nya 60 menit dan ACT III nya 30 menit.

 

Dan di tiap ACT ada sub ACT lagi yang pembagiannya hampir sama makanya kadang kadang di ACT I udah ditampilin adegan  yang amazing supaya penonton jadi penasaran dan terhanyut( alah terhanyut..) untuk terus ngikutin filmnya. Gitu sih teori dasarnya tapi banyak juga yang diobrak abrik dan bagus juga jadinya.  3  ACT kadang dipake cuma buat landasan aja. Salah satu contoh yang ACT nya nggak lazim adalah Kill Bill dan Pulp Fiction dua duanya yang bikin  Quentin Tarantino.

 

Hampir semua film komersial memakai format 3 ACT ini sebagai dasar  walaupun terkadang batasnya blur.  Tetapi kadang  secara naluriah karena yang nulisnya  tacit knowledgenya  udah embodied ke tulisannya 3 ACT ini kebentuk sendiri sama penulis . Lain halnya kalo kita bicara film film indie ada sih sedikit 3 Act nya, ada yangnggak pake, tapi banyak yang tidak terlalu memusingkanya. Ya udah lah..

 

 

HIP!

 

Penulis skenario juga harus peras otak untuk bikin setiap adegan jadi amazing dan tidak biasa. Biasanya film film yang keren AMAZINGnessnya ini ( sebut aja HIP!)- Hipnya ini kejaga dari awal sampai akhir. Kita ambil lagi contoh dari Titanic, akan biasa aja kalo Jack naik ke Titanic melenggang begitu aja karena emang udah punya tiket. Tapi  penulisnya  (James Cameroon) bikin dia naik ke Titanic gara gara menang poker! Terus di Finding Nemo akan biasa aja kalo si nemonya cuma Clownfish yang standard tapi di Finding Nemo Andrew Stanton penulisnya bikin HIPnya,  dibuatlah  sirip si Nemo kecil sebelah, dan bapaknya NEMO clownfish yang serius alias nggak bisa ngelawak..

 

Jadi gimana Dong Don skenario 5 cmnya?

 

Yang pastinya sih lagi memeras otak abis abisan, Karena saya dengan sotoynya lagi mencoba nulis sendiri skenarionya karena jarang banget ada penulis novel yang handle skenarionya juga.  Dari yang saya  baru tahu Cuma Mario Puzzo

( alah Dooon lo bandingin diri lo sama Mario Puzzo – biarin!) Mario Puzzo dibantu Francis Ford Copolla nulis skenarionya dari Godfather I sampai Godfather III, makannya  kali The Godfather SAGA sukses berat. Mungkin begitu juga nantinya dengan “5 cm” ( halah )…udah lah yang penting usaha dulu… 

 

Udah deh kepanjangan. OK!Dari tulisan diatas mungkin bisa diambil sedikit kesimpulan kalo. FILM dan Novel adalah dua jenis species yang berbeda Novel adalah embeee dan Film adalah Kuda jadi embeee sama kuda – BEDA! dinikmatinya juga dengan cara yang beda.

 

Ada saatnya kita menikmati novel dan ada saatnya kita menikmati film. Dua duanya punya kelebihan dan kekurangan masing masing, tergantung persepsi masing masing . Isi Kepala setiap orang tidak pernah sama. ( masa sih?iya ya?iya?)

 

Jadi Rugi Ah! Kalo kita repot repot berargumen  bagusan novelnya atau bagusan filmnya, jadi  bates batesin funnya , ya nggak?  Kenapa? Karena novel adalah secangkir kopi hangat  di pagi hari ditemani bau embun dan  tanah basah . Dan film adalah teh hangat yang dinikmati diantara renyahnya  canda tawa teman teman di sore hari yang hangat. Begitu kira kira menurut kesotoyan saya sendiri. JRENG JHENG!

 

 

 

 

 

 


41 Tanggapan to “5cm, Dari Novel ke Film JRENG JHENG!”


  1. 1 nia lestari
    Januari 30, 2009 pukul 5:34 am

    hm…hm

    awalnya suka bandingin tp… sekarang udh ggak lg

    cz ya itu td,,, dua-duanya beda,,, saling melengakapi aj…
    imaji org beda-beda..

    setuju bgt

    mas,,, genta nya nichoas aj y ( pas bgt,,,) rianinya tetep riani djangkaru

    lama nunggu filmnya nggak apa-apa yg penting bagus,,,

    salam

  2. 2 limacentimeter
    Januari 30, 2009 pukul 2:01 pm

    nicholas lagi…ok udah di notes..
    gak papa nunggunya lama ya
    soalnya mau “beneran” bikin filmnya
    thanks nia…

  3. 3 nia lestari
    Februari 3, 2009 pukul 2:22 pm

    postingan baru…..

    jgn thomas nawilis,,, kan ntar ama riani,,, nggak imbang dg riani

    heheh

    just opini

  4. Februari 3, 2009 pukul 8:49 pm

    menemukan buku 5cm di saat aku menyerah menjalani hidup.sampe skrg, stiap rasa menyerah itu datang, aku baca ulang buku 5cm.ampe aku begadang baca bukunya(beli sore di gramedia, jam 7 malam mulai membaca, walo diganggu mulu anak2 kost). mulai dari tertawa, sedih dan menangis (boy dont cry…hahahahhhh). klo buku 5cm di jadikan film pasti mantabs. mudah2an klo dah jadi film bs masuk nominasi dan menang di Academy Awards. amin 🙂
    (bermimpi ada film Indonesia yang bs masuk nominasi dan menang…)

  5. Februari 4, 2009 pukul 3:02 am

    gpp bang lama bwt filmnya, asalkan bener2 bagus kualitasnya …
    hmm … syapa yaa yang pas jadi pemainnya?
    kalo gw gimana? hahaha (mimpi kali gw, hehe … yang ada tar jadi cameo aja, hehe …)

  6. Februari 4, 2009 pukul 8:10 am

    bang doni!!i think u have just anticipated how ur readers will comment on 5cm movie by writing that notions…sangat antisipatif sekali hahah (in case this is again so -often issues-)

    anyway….buat cast nya..

    Jujur…entah kenapa dulu gue pas pertama kali baca itu novel kepikiran yang meranin riani adalah rianti cartwright…jauh sebelum rianti meranin film2 dia yang sebelumnya

    buat yang lain terserah deh…

    Tapi gue punya reference dua orang temen yang i think they are apt to role as Arial dan Zafran…(i am a buff of 5cm anyway…so subjectively i will say that both of that characters are so similar to them)

    hahahah….

    wish i could i help u compose the script bang!1hahahaha

  7. 8 ayunda
    Februari 4, 2009 pukul 3:02 pm

    mas donny, yg jadi genta nya di film ntr winky wiryawan aja…hehehe…

  8. 9 limacentimeter
    Februari 5, 2009 pukul 2:21 pm

    5 cm masuk academy award, bisa aja kok! Amin doain ya
    slum dog millionare aja bisa…
    hahaha..that was dream is all about… pretend you already there..,

    Regards,
    Dreams.Faith.Fight.

  9. Februari 9, 2009 pukul 9:38 am

    pertama denger, 5cm akan di filmkan. jreng..jreng…langsung bartanya. jingkrak2 gak jelas, karena masih jauh dari maya (dunai internet). setelah baca blog ini, jreng..jreng..bener. SALUT. aku dulu punya cita2 dengan pacarku, kalau novel ini gak ada yang memfilemkan, maka aku adalah sutradaranya yang akan memfilmkannya. dan sekarang sedang ngumpulin duit. ternyata sudah ada, wih. gak bisa terukir saluttnya…cuma yang memang aku ragukan adalah bagaimana visualisasi sebuah karya sastra? ini tidak bisa main-main. kalau nanti filmnya jelek. aku adalah orang pertama yang akan melempar studio filmnya. dan kalau jumpa siapa sutradaranya, kalau bisa aku maki-maka akan ku lakukan. itu adalah buah hati kecewaku, karena novelnya bagus banget. dengan 5cm aku juga jadi banyak temen2 di jogja, walau aku dari riau. suka diskusi dengan 5cm. bahkan dengan calon istriku. membayangkan karakter pemainnya (zafran, arial, dll…). itu kebayang dengan calon anak2 kami nanti. tapi entah lah.

    aku bahkan saking salutnya dengan 5cm, aku mau ikut audisi. memang mukaku gak seganteng pangeran, tapi kalau cuma bretpit, bekam, trus sape lagi yang guanteng2 jelas kalah aku (halah)..

    jika ada audisi help me: shodik_purnomo@hotmail.com atau shodikpurnomo@yahoo.com
    salam, salim, salum, dan salut…..

  10. Februari 9, 2009 pukul 9:44 am

    oia, nambahin yang hampir lupa. pendapatku pribadi. aku lebih suka dengan bintang filmnya adalah orang baru semua. bahkan kalau bisa orang yang memang belum pernah nampil di-TV. analisa sederhanaku ingin membuat kejutan. kalau emang nantinya jelek, terkuburkan 5cm, tapi kalau bagus, (he…gak bisa ngucapinnya….). ini fenomena yang luarbiasa.

    piye?

  11. Februari 10, 2009 pukul 5:15 pm

    soal hasilnya kayak apa, gimana ntar aja don. yang penting jadi film. aku malah nggak sabar pengen lihat filmnya. sukses don. salam buat dewi dan dei ya!

  12. Februari 10, 2009 pukul 6:23 pm

    aku pikir sih, novel dan film harus dibedakan. jangan dibandingkan sama plek. visualisasinya berbeda. masing-masing memiliki kelebihan dan sebagai penonton atau pembaca, menikmatinya merupakan hal yang harus diseruput dengan seksama*halah apa ini*:D

  13. Februari 10, 2009 pukul 9:19 pm

    Waahahaha..akhirnya ktemu jg blog penulis buku novel faforitku 5cm..he5,dpt dr ndoro kakung dblognya hari ini yang mbahas mas dony..hi5
    Btw btw..denger2 lg mbuat buku kedua ya mas, ditunggu ia..he5
    Btw maz..setuju bngt ama reviewnya tentang novel yang dijadiin film layar lebar, biasanya emang ngecewain, kayak ayat2 cinta misal, ya moga karna maz sudah tahu penyebabnya, film 5 cm nantinya bisa gempar di Indonesia..hohoho..nglewatin laskar pelangi, btw tentang film LP, saya juga kecewa, ceritanya nggak sehebat novelnya. Tapi yasud, ditunggu novelnya iap..trus ni blog diupdate ya maz, biar kami2 ini bisa terus tahu perkembangan may dony dalam penulisan skenarionya atau apalah tentang maz dony,hwekekeke..
    Sukses slalu..^^

    Praz..

  14. Februari 11, 2009 pukul 12:38 am

    Damn..can’t wait that film

  15. Februari 11, 2009 pukul 1:06 am

    wahhh walopun saya belum pernah membaca 5cm tapi yang jelas, apapun itu jadinya kalo untuk perhelatan yang lebih baik, dukungan 100% tapi yang lebih penting semangat untuk tetap berkaryalah yang paling penting, dan semoga selain berkarya dan menghidupi keluarga semoga mas 5 cm tidak lepas dari koridor berkesenian dan idealisme seorang penulis. salut

  16. Februari 11, 2009 pukul 1:57 am

    hahaha…akhirnyaaaaaaa permintaanku tercapai jugak 😀
    masih inget imelku di tahun 2005 gak mas (*halah pasti dah lupa :D) ??? waktu abis beli novel ini langsung aku imel ke mas Donny 😀 minta di filmkan 😀
    Gutlak yha…. aku tunggu… Novel favorit nih, semoga filmnya sebagus novelnya.amin

  17. Februari 11, 2009 pukul 3:29 am

    saya tunggu filmnya Mas,..
    buku ini buku yang pengen selalu saya baca, tapi tidak pernah saya baca,..
    cuma saya beli beberapa kali dan dijadikan kado kan untuk teman2 … hahaha ..
    karena sinopsis dan kata teman2 , buku ini bagus menceritakan persahabatan…

    Saya akan tunggu filmnya,..
    tanpa menyentuh novelnya,..

  18. Februari 12, 2009 pukul 1:26 am

    Kayaknya memang lebih asik baca novel dari pada lihat filmnya… Mungkin karena sulit mengaplikasikan jalan ceritanya melalui sebuah film kali ya…

  19. Februari 12, 2009 pukul 6:27 am

    jadi gak sabar!

    waktu pertama kali mbaca, aku sama temen – temen udah kepikiran klo ini di bikin film keren banget. Apalagi pas bagian yang di semeru, di makam itu.

    Dan saya sangat penasaran sama adinda.. 😀

  20. Februari 12, 2009 pukul 10:51 am

    kalau bisa dateng ke riau (mau untuk diundang dan datang), aku coba fasilitasi. disini banyak ngumpul komunitas film. ingin mencerdasakan generasi bangsa ini lewat film. se-7?

  21. Februari 12, 2009 pukul 2:50 pm

    waduh, kapan nih….
    aku mau nonton…
    good work…
    semangat terus kang dhoni….

  22. Februari 12, 2009 pukul 3:55 pm

    mas Don…
    mendingan pemainya orang baru aja, sekalian nyiptain Ikon baru gitu lah, yg masih fresh n belum terpengaruh imej nya di film lain.

    jangan takut gak laku cuma gara2 gak ada Bintang.
    Ibaratnya…5 cm tuh udah punya kolam ikan kok, jadi ketika film nya siap tayang, tinggal mancing aja ikan-ikan…eh penontonya….:D

  23. 26 Rocky
    Februari 12, 2009 pukul 5:18 pm

    gak sadar novelnya dah lama ada ditumpukan rak buku, baru baca, jhrengg!!!AJAIB!! Gud lak mas buat filmnya, klo saya lebih panorama alamnya dibikin dahsyat, karena salah satu kelebihan film adalah visualisasi gambarnya ( sotoy mode:ON )

    PISS,LOVE,AND KAYANG,,

  24. Februari 13, 2009 pukul 10:39 am

    asik nih pak kayaknya,
    PH dan produsernya siapa pak?

  25. Februari 13, 2009 pukul 1:20 pm

    yup, anda benar mas Dony.
    film ma novel adalah spesies yg berbeda (beda marga malahan!)
    mang klo baca novel, qt bikin byangan yg perfect banget dr kita -ga bakal ada film yg nyamain ke-perfect-annya dech-
    nah klo film, qt akn terpancang pada imajinasi mereka (para pembuat film -sutradara dkk) yang sering kali berbeda ato malah jauuuuuuh berbeda dari punya kita(imajinasi maksud saia, bkn py qt yg laen).
    gapapa mas don,agk lama bikin film nya.jgn biarkan 5cm jadi film cupu! (ky yg mas dony blg, jgn menghina kecerdasan!-hehe).

  26. 30 nia lestari
    Februari 15, 2009 pukul 3:22 am

    ntu beneran raditya dika si kambing y????

    wah asyik…..

    dua pengarang buku kesukaanku…

    awalnya nunggu bgt, laskar pelangi, KCB, trus dpt kabar kambing jantan dan yg terakhir limacentimeter..

    berarti semua buku kesukaanku,,,

    sudah difilmkan semua

  27. Februari 17, 2009 pukul 11:28 pm

    hmmmmm 5cm buku yg kueren abis,,,
    klo mw dipilmin
    psti akn meledak tuh,
    mungkin pak presidenpun akn nton jg,

    sukses y mas,
    ditunggu

  28. Februari 17, 2009 pukul 11:36 pm

    mas, klo ada mw dunk e-book’a 5cm!!
    kirim email y.
    uda pny sich buku’a tp pgn e-book’a jg

  29. Februari 19, 2009 pukul 6:15 pm

    kalo yang jadi ian itu kyknya cocoknya siapa yah? ade namnung, mungkin itu kali yah mas, jarang nonton TV saya soalnya ga tau dunia per artisan. salam merdeka!

  30. Februari 20, 2009 pukul 12:42 pm

    merdeka juga..! ian iya bingung..

  31. 35 Erick Chuakev
    Februari 21, 2009 pukul 3:13 pm

    mas, salut deh!!
    q tunggu deh film nya….. tapi jangan lama2… masak 2010??

    bikin lanjutnya gag? 6 cm ato 7 cm gt?

  32. 36 Toekoel Arwana
    Maret 3, 2009 pukul 12:46 am

    akhirnya nemu juga topik ttg film 5 cm

    mmm , rencananya mo dibuat persis spt novel ato kebebasan sutradara untk bikikn cerita ndiri?
    mnrt aku, berkaca dari “kasus” ayat2 cinta yang bagi aku ……ancur banget pelemnya, banyak kali melencengnya
    semoga 5 cm versi pelem tetep pada jalan critanya
    eh yang meranin riani mmg harus riani djangkaru, kan dia pernah ke mahameru, kalo rianti cartwright pa dia mau ya? O Y lupa…..dian sastro gimana?
    kalo si dinda adiknya arial ya pas kalo yang maen rianti cartwright ato julie estelle?
    kalo ian…sapa ya? kandidatnya sih ade namnung (tapi mana mau dia disuruh naik ke semeru?), eh kalo ivan gunawan gimana?

    sekali lagi, diatas itu cuma usul, mohon perbaikan dan kritik 🙂

  33. 37 izhan
    Maret 11, 2009 pukul 1:36 pm

    kira2 kapan ya di tayangkan???
    udah lengkap blom buat pmainnya??
    klo ad audisi kasih tau dnk..jadi genta juga gPP…tokoh favoritku…soalnya postur,sifat ga jauh beda…he3x,,,sukses ya maz buat filmnya..
    novel ke-2 itu klanjutan 5 cm?
    mas donny ad fB ga?

  34. Maret 11, 2009 pukul 4:36 pm

    masih lama..
    pemain belom lengkap…
    genta hmmm..
    faceboook ada..ada 5 cm fans malah…
    gabung ya…
    thanks

  35. 39 mitha
    Maret 23, 2009 pukul 5:47 pm

    bolehboleh…
    seru juga y…
    tp siapa yang jadi ian ya..?? hehe..
    kalo menurut saiah sih yang paling seru itu nonton filnya dulu baru baca novelnya tapi habis itu baca novelnya lagi biar puasss…
    oia, biar semangat dan g pantang menyerah, pertimbangkanlah hal ini:
     Louis L’Amour, penulis lebih dari 100 novel-novel western (koboi) yang sukses, yang bukunya dicetak lebih dari 200 juta kopi, ditolak sebanyak 350 kali sebelum berhasil menjual bukunya yang pertama. Dia kemudian menjadi penulis Amerika pertama yang menerima mendali emas dari kongres atas karirnya yang cemerlang sebagai penulis dan juga atas sumbangannya terhadap Negara melalui karya-karyanya yang berlatar sejarah.
     Pada tahun 1953, Julia Child dan dua rekannya menandatangani kontrak penerbitan buku yang berjudul French Cooking for the American Kitchen. Julia dan dua rekannya bekerja menulis buku itu selama lima tahun. Penulis menolak naskah buku yang tebalnya 850 halaman itu. Child dan temannya itu lalu bekerja setahun lagi untuk merevisi naskah tersbut. Sekali lagi penerbit menolaknya. Tetapi Julia pantang menyerah. Dia dan rekannya bekerja lagi dan mencari penerbit baru dan pada tahun 1961—setelah enam tahun berusaha—mereka menerbitkan Mastering the Art of French Cooking yang terjual lebih dari satu juta kopi. Pada tahun 1961, majalah Time memasang foto Julia Child di halaman sampul. Julia Child masih merupakan orang terkemuka dibidangnya selama 30 tahun kemudian
     Pada tahun 1952, Edmund Hillary berusaha mencapai puncak mount everest, gunung tertinggi yang dikenal manusia—menjulang setinggi 29.000 kaki. Beberapa minggu setelah kegagalannya, dia diminta berpidato di depan satu kelompok di Inggris. Hillary berjalan ke tepi panggung, mengepalkan tangannya dan menunjuk ke gambar gunung. Dia berkata dengan suara nyaring, “Gunung Everest, pertama kau mengalahkanku, tetapi lain kali aku akan mengalahkanmu karena kau tidak dapat tumbuh lagi … tetapi aku masih akan terus tumbuh!” pada tanggal 29 Mei, setahun kemudian, Edmund Hillary menjadi orang pertama yang berhasil menakhlukan Gunung Everest.
     Wilma Rudolph merupakan anak ke-20 dari 22 bersaudara. Dia lahir secara premature dan mempunyai harapan hidup yang sangat tipis. Ketika berusia 4 tahun, dia terserang radang paru-paru dan demam scarlet yang menyebabkan kaki kirinya limpuh. Pada usia 9 tahun ia melepaskan penyangga kakinya yang terbuat dari besi dan mulai berjalan tanpa menggunakan alat itu. Pada usianya yang ke-13 dia berhasil berjalan dengan ritmis, yang menurut dokternya merupakan suatu keajaiban. Pada tahun tersebut ia memutuskan untuk menjadi pelari. Dia mengikuti satu perlombaan dan mencapai garis finis paling akhir. Setiap orang menyuruhnya berhenti, tetapi dia terus berlari. Suatu hari dia berhasil memenangkan perlombaan. Kemudian dia menang lagi. Sejak saat itu dia selalu memenangkan perlombaan yang diikutinya. Akhirnya, gadis kecil ini, yang dulunya divonis tidak akan mampu berjalan lagi, berhasil merebut tiga mendali emas olimpiade
     John Milton buta pada usia 44 tahun. 16 tahun kemudian ia menulis novel paradise lost.
     Thomas Edison barangkali adalah penemu paling besar dalam sejarah amerika serikat. Ketika pertama kali dia sekolah di Port Huron, Michigan, gurunya mengeluh kalau dia “terlalu lamban” dan sulit diatur. Oleh karena itu, ibunya memutuskan untuk menariknya dari sekolah itu dan mengajarnya sendiri di rumah. Edison muda sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Sewaktu berumur 10 tahun, dia membuat laboratorium kimianya sendiri untuk pertama kalinya. Energi dan kejeniusan Edison yang tidak ada habisnya (yang dikatakan sebagai “satu persen inspirasi dan sembilan puluh persen kerja keras”) akhirnya membuahkan lebih dari 1300 penemuan selama hidupnya.
     Ketika Thomas Edison menemukan bola lampu, dia telah melakukan eksperimen lebih dari 2000 kali sebelum bola lampu itu bisa menyala. Seorang reporter muda bertanya bagaimana rasanya mengalami kegagalan sebanyak itu. Edison menjawab, “saya tidak pernah gagal sekalipun. Saya menemukan bola lampu. Hanya saja itu merupakan proses 2000 tahap.”
     Leon Uris, pengarang Exodus yang paling laku, tidak lulus di sekolah menengah di Inggris sebanyak tiga kali.

  36. 40 mitha
    Maret 23, 2009 pukul 6:03 pm

    biar lebih semangat n pantang menyerah, pertimbangkanlah hal ini:
     Leon Uris, pengarang Exodus yang paling laku, tidak lulus di sekolah menengah di Inggris sebanyak tiga kali.
     Thomas Edison barangkali adalah penemu paling besar dalam sejarah amerika serikat. Ketika pertama kali dia sekolah di Port Huron, Michigan, gurunya mengeluh kalau dia “terlalu lamban” dan sulit diatur. Oleh karena itu, ibunya memutuskan untuk menariknya dari sekolah itu dan mengajarnya sendiri di rumah. Edison muda sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Sewaktu berumur 10 tahun, dia membuat laboratorium kimianya sendiri untuk pertama kalinya. Energi dan kejeniusan Edison yang tidak ada habisnya (yang dikatakan sebagai “satu persen inspirasi dan sembilan puluh persen kerja keras”) akhirnya membuahkan lebih dari 1300 penemuan selama hidupnya.
     Ketika Thomas Edison menemukan bola lampu, dia telah melakukan eksperimen lebih dari 2000 kali sebelum bola lampu itu bisa menyala. Seorang reporter muda bertanya bagaimana rasanya mengalami kegagalan sebanyak itu. Edison menjawab, “saya tidak pernah gagal sekalipun. Saya menemukan bola lampu. Hanya saja itu merupakan proses 2000 tahap.”
     Pada tahun 1940, penemu muda lainnya yang bernama Chester Carlson mengemukakan gagasannya kepada 20 perusahaan besar, termasuk yang terbesar di seluruh Negara. Mereka semua menolaknya. Pada tahun 1947—setelah ditolak selama tujuh tahun—akhirnya dia mendapatkan sebuah perusahaan kecil di Rochester, New York, Haloid Company, yang bersedia membeli hak paten sebuah mesin fotokopi listrik temuannya. Haloid menjadi Xerox Corporation dan baik Xerox Corporation maupun Carlson menjadi kaya-raya.
     John Milton buta pada usia 44 tahun. 16 tahun kemudian ia menulis novel paradise lost.
     Setelah pendengarannya semakin menurun, pada usianya yang ke-46, composer jerman, Ludwig van Beethoven, menjadi tuli total. Meskipun demikian, dia menulis musiknya yang terbesar, termasuk lima simfoni pada tahun-tahun terakhirnya.
     Setelah kehilangan kakinya akibat kecelakaan udara, pilot pesawat tempur inggris, Douglas Bader, bergabung dengan angkatan udara Inggris dengan dua kaki palsu. Selama perang dinia 2, dia 3 kali ditangkap pasukan jerman dan melarikan diri 3 kali pula.
     Setelah kakinya diamputasi karena kanker, seorang pemuda Kanada yang bernama Terry Fox berlari dengan satu kaki dari pesisir ke pesisir sepanjang Kanada untuk mengumpulkan dana sebesar satu juta dollar untuk riset kanker. Ketika dia terpaksa berhenti ditengah jalan karena kanker menyerang paru-parunya, dia dan yayasan yang dirintisnya berhasil mengumpulkan dana sebesar 20 juta dollar untuk riset kanker.
     Wilma Rudolph merupakan anak ke-20 dari 22 bersaudara. Dia lahir secara premature dan mempunyai harapan hidup yang sangat tipis. Ketika berusia 4 tahun, dia terserang radang paru-paru dan demam scarlet yang menyebabkan kaki kirinya limpuh. Pada usia 9 tahun ia melepaskan penyangga kakinya yang terbuat dari besi dan mulai berjalan tanpa menggunakan alat itu. Pada usianya yang ke-13 dia berhasil berjalan dengan ritmis, yang menurut dokternya merupakan suatu keajaiban. Pada tahun tersebut ia memutuskan untuk menjadi pelari. Dia mengikuti satu perlombaan dan mencapai garis finis paling akhir. Setiap orang menyuruhnya berhenti, tetapi dia terus berlari. Suatu hari dia berhasil memenangkan perlombaan. Kemudian dia menang lagi. Sejak saat itu dia selalu memenangkan perlombaan yang diikutinya. Akhirnya, gadis kecil ini, yang dulunya divonis tidak akan mampu berjalan lagi, berhasil merebut tiga mendali emas olimpiade.
     Franklin D. Roosevelt lumpuh karena polio pada usia 39 tahun. Meskipun demikian, dia menjadi salah satu pemimpin Amerika yang paling dicintai dan paling berpengaruh. Dia terpilih menjadi presiden Amerika sebanyak empat kali.
     Sarah Bernhardt, yang dianggap sebagai salah satu aktris terbesar yang pernah ada, diamputasi kakinya karena luka ketika dia berumur 70 tahun, tetapi dia tetap berakting selama delapan tahun sesudahnya.
     Louis L’Amour, penulis lebih dari 100 novel-novel western (koboi) yang sukses, yang bukunya dicetak lebih dari 200 juta kopi, ditolak sebanyak 350 kali sebelum berhasil menjual bukunya yang pertama. Dia kemudian menjadi penulis Amerika pertama yang menerima mendali emas dari kongres atas karirnya yang cemerlang sebagai penulis dan juga atas sumbangannya terhadap Negara melalui karya-karyanya yang berlatar sejarah.
     Pada tahun 1953, Julia Child dan dua rekannya menandatangani kontrak penerbitan buku yang berjudul French Cooking for the American Kitchen. Julia dan dua rekannya bekerja menulis buku itu selama lima tahun. Penulis menolak naskah buku yang tebalnya 850 halaman itu. Child dan temannya itu lalu bekerja setahun lagi untuk merevisi naskah tersbut. Sekali lagi penerbit menolaknya. Tetapi Julia pantang menyerah. Dia dan rekannya bekerja lagi dan mencari penerbit baru dan pada tahun 1961—setelah enam tahun berusaha—mereka menerbitkan Mastering the Art of French Cooking yang terjual lebih dari satu juta kopi. Pada tahun 1961, majalah Time memasang foto Julia Child di halaman sampul. Julia Child masih merupakan orang terkemuka dibidangnya selama 30 tahun kemudian.
     Jendral Douglas Mc Arthur mungkin tidak bisa mendapatkan kekuasaan dan kemasyhuran tanpa bekerja keras. Ketika dia mendaftar di West Point, dia gagal; tidak hanya sekali, tetapi dua kali. Tetapi pada kesempatan yang ketiga, dia diterima dan masuk dalam buku sejarah.
     Abraham Lincoln ikut perang Blackhawk sebagai kapten. Menjelang akhir peperangan pangkatnya diturunkan ke tingkat yang terendah.
     Pada tahun 1952, Edmund Hillary berusaha mencapai puncak mount everest, gunung tertinggi yang dikenal manusia—menjulang setinggi 29.000 kaki. Beberapa minggu setelah kegagalannya, dia diminta berpidato di depan satu kelompok di Inggris. Hillary berjalan ke tepi panggung, mengepalkan tangannya dan menunjuk ke gambar gunung. Dia berkata dengan suara nyaring, “Gunung Everest, pertama kau mengalahkanku, tetapi lain kali aku akan mengalahkanmu karena kau tidak dapat tumbuh lagi … tetapi aku masih akan terus tumbuh!” pada tanggal 29 Mei, setahun kemudian, Edmund Hillary menjadi orang pertama yang berhasil menakhlukan Gunung Everest.

  37. April 10, 2009 pukul 7:30 am

    Lah dari dulu kok pengennya si Nicholas Saputra sih ?? Kirain Genta itu tinggi gede, rasanya Nicholas Saputra itu gak Genta banget :p

    Tapi ya terserah lah … aah, jadi gak sabar nunggu filmnya keluar ??

    NB : Mas Dhonny jarang YMan ya emangnya ?? huhuhu … padahal udah menunggu2 onlinenya, hahahaha


Tinggalkan Balasan ke shodik_purnomo Batalkan balasan


Januari 2009
S S R K J S M
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031